Saturday 4 March 2017

RAYNO ALDEBARAN



PART 1


Mirantya Rasya POV


Menikah ?

Dengan Rayno Aldebaran ?


Aku tidak menyangka bisa menjadi mempelai wanita dari pria yang kata orang memiliki sejuta pesona ini. Dia cerdas, dia ganteng, dia keren, dia berkelas dan banyak lagi pujian-pujian dari teman-temanku untuk pria ini. Kupingku rasanya bosan mendengar teman-temanku seakan mendewakan kakak tingkat kami yang kini jadi suamiku.


Karena itu aku harus bersiap menerima kehebohnya teman-temanku ketika mereka datang nanti. Aku yang tidak pernah terjerat dengan pesona Rayno Aldebaran, kini telah menjadi istrinya.


Kisah seperti ini, sangat sering kalian baca di cerita roman picisan bukan ?


Sekilas aku memperhatikan sosok pria yang kini berdiri disampingku. Dia tampan, tinggi, dan tentu saja sexy. Aku akui apa yang dikatakan oleh teman-teman kuliahku dulu benar adanya. Aku yakin wanita mana pun -selain aku- akan mau di ajak menikah olehnya. Tapi kenapa dia malah memaksa menikahiku yang jelas-jelas tidak menginginkannya ?


Tadi sekitar pukul 10.00 aku telah resmi menjadi istrinya, sehingga sekarang ini, aku mau tidak mau harus menyandang status sebagai nyonya Aldebaran.


Dan sejujurnya, sekarang aku merasakan hal yang sama dengan tokoh yang di deskripsikan penulis dalam roman picisan.

Walau tidak buruk, aku tetap merasa sangat sebal karena harus menyandang status itu.


Sebelumnya, aku tidak pernah dekat dengan laki-laki bernama Rayno Aldebaran ini sekalipun kami satu jurusan selama kuliah. Setelah kuliah pun aku hanya mendengar berita-berita yang menunjukan betapa hebat dan jeniusnya dia dari layar televisi dan media lainnya. Kami baru berkenalan di acara perjodohan yang kedua orangtua kami rencanakan.


Ah sudahlah.

Itu bukan inti dari apa yang menjadi awal cerita ini.

Awal dari cerita ini aku mulai saja dengan pertanyaan :

apa kau percaya orang jenius dekat dengan kegilaan ?


Aku, percaya.

Contoh realnya Rayno.

Bagi orang lain, Rayno adalah orang jenius. Tetapi bagiku, dia itu orang yang penuh kegilaan.


Flashback on


" Jadi bagaimana pendapat nak Ray dengan perjodohan ini ?" Tanya ayahku pada Rayno Aldebaran dengan ramah.


" Saya setuju dengan perjodohan ini. Saya bersedia menikahi putri Anda." Jawaban yang keluar dari mulut Rayno Aldebaran sudah ada dalam prediksiku. Mungkin, dia menerima perjodohan ini karena tidak enak hati untuk menolak keinginan orangtuanya.


Tapi aku tidak akan mengambil sikap yang sama dengannya. Aku bertekad bulat untuk menolak perjodohan ini. Ini, hidupku. Bukan hidup kedua orangtuaku.


Hidupku, bukan roman picisan yang dimana tokoh wanita terpaksa menerima perjodohan karena alasan berbakti pada orangtua.


" Saat ini juga jika Anda tidak keberatan, saya akan melamar putri Anda," Lanjut Rayno Aldebaran seraya mengeluarkan kotak cincin, membukanya kemudian meletakannya di depanku.


Aku menatap sosok Rayno Aldebaran yang sedang tersenyum manis kepadaku dengan shock seperti keledai yang dicocok hidungnya.


Aku terkesima.

Bukan karena lamaran yang dia lakukan.

Tetapi aku terkesima dengan kilauan cincin berlian yang ada dihadapanku ini.


Aku menatap mata ibuku dengan rasa terharu. Dan tentu saja ibuku paham kenapa aku bersikap seperti ini. Beliau tahu betapa aku bersusah payah mencari cincin berlian yang limited edition di dunia itu.


Aku berdehem dan menelan ludahku kasar sebagai usaha untuk mengalihkan atensiku dari kilau cincin berlian yang berada dihadapanku. Setelah aku mengambil nafas, aku memfokuskan tatapanku pada laki-laki gila yang baru saja berkenalan denganku, namun dia sudah berani melamarku.


" Aku minta maaf karena sebenarnya aku tidak mau menerima perjodohan ini." Tegasku dengan muka kalem sambil menatap bergiliran kedua orangtuaku dan kedua orangtua Rayno.


" Dengan begitu, aku tidak menerima lamaran ini." Bagus, suaraku terdengar normal ditelingaku sendiri. Suasana diruangan itu menjadi hening dalam beberapa waktu.


" Tapi, aku menginginkan cincin ini." Lanjutku polos dengan menatap Rayno sambil menunjuk cincin yang ada di hadapanku.


Aku menunjukan senyum terbaikku selebar mulut kuda seperti seorang idiot. Aku menyadari ini adalah suatu kegilaan.


Aku baru saja menolak sebuah lamaran dari seorang pangeran, tetapi kemudian aku dengan tegas berkata bahwa aku menginginkan cincin yang ia bawa.


Aku tidak peduli jika keluarga Aldebaran menganggapku aneh. Karena bagaimana pun juga, aku harus mendapatkan cincin yang menjadi obsesiku.


" Kau menolak lamaranku tetapi menginginkan cincin ini ?" Tanya Rayno Aldebaran kepadaku dengan raut wajah tak percaya. Kekehan tawa pun keluar dari mulut seksinya.


Aku benar-benar ingin memiliki cincin itu.

Karenanya, sebagai jawaban aku langsung mengangguk cepat.


" Kau menolak lamaranku ?" Tanya Rayno mengulang kembali pertanyaannya dengan wajah serius.


Aku mengangguk kembali dan menatap matanya dengan yakin. Terlalu bodohkah dia sehingga dia tidak mengerti dengan ungkapan penolakan dariku ?


" Aku rasa, aku sudah cukup jelas menolak lamaranmu tadi." Jawabku sambil mengangkat bahu tak acuh.


Siapapun akan dapat menangkap raut kesal di wajah Rayno sekarang ini. Raut itu sangat tergambar jelas di wajah tampannya yang kata orang bak dewa yunani.


Tetapi anehnya, kedua orangtua Rayno malah terkekeh pelan. Bukankah seharusnya mereka marah karena putra mereka ditolak oleh seorang gadis aneh sepertiku ?


" Kau ingin cincin ini ?" Tanya Rayno lagi dengan suara yang lebih berat.


Aku kembali mengangguk dengan cepat. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mendapatkan cincin itu.


" Kau tidak bisa memiliki cincin ini." Ucap Rayno dengan suara tegasnya sambil menutup kotak perhiasan itu.


" Aku akan membeli berapa pun harga yang kau tawarkan tuan. Aku ingin cincin ini." Ungkapku dengan tergesa tetapi tidak berhasil menahan Rayno untuk memasukan kotak itu kembali kesakunya.


" Aku tidak akan menjualnya Nona. Berapa pun uang yang akan kau tawarkan kepadaku."


" Apa !?" Aku panik sendiri. Cincin itu sudah ada dihadapanku. Mana mungkin jika itu tidak jadi milikku. Argh !!

I really want the ring.


" Ibuu.. Bagaimana ini ? Cincin itu..." Aku merajuk pada ibuku seperti biasanya.


Aku harap ibu bisa membantuku untuk mendapatkan apa yang aku mau seperti biasanya. Aku melihat orangtua Rayno tersenyum penuh arti melihat kelakuan manjaku, sedangkan pria yang bernama Rayno itu kini tersenyum senang melihat kesusahanku.


" Kau harus terus berusaha untuk mendapatkan cincin itu sayang." Ucap ayahku dengan nada yang menenangkan.


Ayahku benar, aku harus terus berusaha.


Aku dengan keyakinan yang mantap menatap Rayno Aldebaran tajam tanpa segan. Aku selalu mendapatkan barang yang aku mau. Tidak akan aku biarkan dia menjadi penghalangku untuk mendapatkan apa yang aku mau.


" Aku tidak akan mengubah keputusanku nona. Aku tidak akan menjual cincin ini." Rayno Aldebaran balas menatapku dengan tatapan tajamnya. Dia ternyata tidak kalah keras kepala denganku.


" Sekali pun dengan 50% saham perusahaan milik keluargaku ?" Tanyaku dan membuat semua orang yang berada diruangan itu terperanggah.


Jangankan 50%, dengan memiliki saham 10% saja sudah bisa membuat keluarga Aldebaran tambah kaya. Dia pasti akan sulit menolak penawaranku ini.


" Aku sudah kaya, jadi aku tidak butuh uangmu itu." Ungkap Rayno selanjutnya sambil tersenyum evil.


Cih ! Arogan sekali Aldebaran junior ini.


Aku mengeratkan kepalan tanganku. Aku harus bisa tetap tenang dalam kondisi seperti ini.

Aku tak akan kalah.

Aku berpikir sejenak untuk mengajukan penawaran lain agar dapat memiliki cincin itu.


Jika bukan dengan uang, lalu aku bisa mendapatkan cincin ini dengan apa ?


" Pertemuan ini bukanlah pertemuan untuk jual beli cincin berlian, sayang." Aku mengalihkan atensiku pada ayah. Wajah ayah terlalu tenang saat mengungkapkan kalimat ini.


" Menikahlah denganku. Cincin ini akan menjadi maharku untuk menikahimu." Lanjut Rayno Aldebaran dengan tenang.


Aku membulatkan mataku karena baru menyadari penawaran ini.


Argh ! Menyebalkan.

Aldebaran benar-benar picik.


" Aku tidak mau menikah denganmu." Jawabku kukuh sambil memberikan tatapan sinis.


" Tapi aku tidak menerima penolakan apapun darimu." Sanggah Rayno dengan arogan.


" Kau tidak bisa memaksaku, tuan." Aku tidak mau kalah dari orang menyebalkan seperti Rayno Aldebaran ini.


" Besok, aku akan menyebar undangan pernikahan atas namaku dan namamu." Ucap Rayno dengan datar.

Dan aku benci orang yang bersikap bossy terhadapku.


" Tanggal akad dan resepsi bisa kau lihat nanti di undangan." Lanjutnya dingin seakan semua yang dia katakan bukan masalah serius.


Hell !

Dia anggap prosesi pernikahan itu sama dengan jadwal meeting ?


" Aku tidak mau. Jangan lakukan itu." Ucapku kini benar-benar panik.


Fix.

Dia gila.


" Aku akan datang ke rumahmu. Dan segala urusan pernikahan biar keluarga kita yang mengurus." Rayno Aldebaran bersikap seakan ia tidak mendengar ucapanku.


" Keluarga kita ?" Tanyaku membeo.

Argh ! Ada apa ini sebenarnya ? Apa yang dia maksud ?

Keluarga kita ?

..... Keluargaku ?


Otakku berpikir cepat.

Lamaran ini adalah ide kedua orangtuaku.

Jika di pikir ulang, kasus cincin ini kecil kemungkinan adalah suatu kebetulan.

Hanya ibuku yang tahu betapa aku terobsesi dengan cincin berharga milyaran itu.


Shit !


" Ayah dan Ibu tidak akan keberatan membantuku kan ?" Tanya Rayno Aldebaran dengan senyuman manis pada kedua orangtuaku.


" Dan kau harus berterima kasih pada orangtuamu yang telah berbaik hati membantumu mendapatkan cincin ini." Ucap Rayno padaku dengan seringai penuh kemenangan.


Flashback off


Oke ! Perjodohan ini, lamaran ini, dan kasus cincin ini... Adalah sebuah jebakan batman.


Aku sudah bilang bukan bahwa hidupku bukan roman picisan ?


Dan ya ! Adakah pernikahan yang terjadi karena mempelai wanitanya hanya tergoda oleh sebuah cincin berlian ?





November 2016

Tasikmalaya


Baca kisah selengkapnya disini.